Pekanbaru – Polres Pelalawan melalui Hasoloan Samosir Kanit Samapta Polsek Kuala Kampar mengikuti langsung dan mengapresiasi kegiatan Training of trainer (TOT) Fire Risk System (FRS).
Sebelumnya, Kabupaten Pelalawan merupakan daerah yang memiliki lahan gambut diatas 53% sehingga sangat rentan terbakar dan cukup sulit dipadamkan jika terjadi kebakaran lahan. FRS dikembangkan oleh Institute Pertanian Bogor (ITB). Ini merupakan aplikasi yang berguna dalam mengidentifikasi kemungkinan akan terjadinya kebakaran dikemudian hari yang mampu mendekteksi kebakaran hingga enam bulan kedepannya.
Samosir mengatakan, “Disini kita dapatkan data yang akurat tentang perubahan iklim, jadi dengan adanya FRS ini dapat memprediksi lokasi atau tempat yang rawan kebakaran sehingga dapat diaplikasikan untuk mengantisipasi karhutla.” katanya pada hari kedua pelaksanaan kegiatan TOT FRS, Rabu (30/3/2022).
Ia menyampaikan pendekteksian dini titik api pada daerah-daerah tertentu bisa diketahui untuk enam bulan kedepannya, dengan demikian pihak kepolisian bisa mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan untuk mencegah kebakaran itu dan setidaknya melengkapi peralatan dan mengatur strategi untuk mengatasi terjadinya kebakaran itu.
“Enam bulan kedepan kita sudah bisa prediksi, jadi jauh-jauh hari kita sudah ada persiapan, dan tidak mendadak ada kebakaran,” jelas Samosir.
Program FRS ini juga sejalan dengan program yang ada di Polisi Daerah (Polda) Riau, dikatakan oleh Kanit Samapta tersebut bahwa Polda Riau punya Lancang Kuning mendeteksi titik api kemudian bertindak cepat kalau FRS adalah perkiraan timbulnya karhutla.
“Polda Riau kan ada Lancang Kuning, begitu ada titik api kita berangkat kalau inikan perkiraannya enam bulan kedepan sudah ada perkiraannya, jadi kita bisa siapkan persiapan yang matang mungkin alat-alat pemadam jauh sebelum harinya,” ujar Samosir.
Ia juga menyampaikan bahwa pelatihan ini sangat berguna, dimana pihak-pihak dari kalangan masyarakat perusahaan dan aparat keamanan semua berkolaborasi untuk mengambil peran masing-masing kemudian menghasilkan satu data yang akurat sebagai acuan pengidentifikasian akan terjadinya karhutla itu sendiri.
Dikesempatan itu, Samosir juga mengatakan langkah-langkah terhadap penanggulangan karhutla sendiri telah lama diperhatikan oleh kepolisan. Ia mengaku memiliki terobosan inovasi membuat sumur antisipasi kebakaran hutan lahan gambut (Akhlag) di beberapa daerah yang tersebar diprovinsi Riau.
“Kami sudah membuat sumur akhlag sebanyak 49 titik dan telah di uji seperti di Dumai, Pelalawan, juga di kecamatan-kecamatan yang berada di Pelalawan,” katanya.
Adanya sumur Akhlag ini juga disampaikan Samosir akan memudahkan apalagi didukung sinyal dari FRS sehingga kejadian kebakaran dengan mudahnya bisa ditanggulangi dan dilakukan pencegahan secara cepat. Selain itu Kepolisian juga mengapresiasi dan mendukung terhadap peraturan Bupati Pelalawan Nomor 8 Tahun 2022 tentang karhutla.
Terakhir ia menghimbau kepada masyarakat yang hendak membuka lahan di areal gambut tidak lagi menggunakan cara-cara membakar.
“Semoga bencana asap seperti tahun-tahun yang lalu tidak terjadi lagi karena dampak itu sangat merugikan kita semua. Kami mengharapkan semua pihak baik masyarkat, perusahan, dan pemerintah saling bersinergi agar sama-sama menjaga lingkungan dan lahan dari bencana kebakaran tentunya,” tutupnya. ***red/rls
Rezky FM